“Bukankah melelahkan jika selalu mengikuti tren, apalagi hanya agar dianggap keren” -Najwa Shihab-
Kutipan dari ‘Mba nana’ (ciehhhh….
sok akrab dikit boleh kan ya) ini berhasil menggelitik kebisingan lalu
lintas saraf otak saya. *emang jalan tol*
Lah Kok bisa ?
Hidup di masa pandemi yang bebas
berbatas ini ternyata menguak sisi lain kehidupan kita dan masyarakat. Waktu
setahun lebih ini mampu membuka cakrawala pengetahuan kita tentang topik yang
belum pernah terlintas dalam benak. Bahkan mampir di mimpi juga ogah….
Yuk, flash back bentar ke masa
awal pandemic di Indonesia. *syutttt…*
Di lansir dari https://id.wikipedia.org, kasus positif
Covid-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika
dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. Pandemi
Covid-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit koronavirus
2019 (Covid-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyakit ini
disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2).
Halo, nyadar ngga… pandemi terjadi udah lebih dari setahun lo.
Selama itu pula banyak perubahan dalam ritme kehidupan kita khususnya gaya
hidup. Well, singkat cerita mau ngga mau akhirnya kita membiasakan diri dengan
gaya hidup ini dengan motivasi untuk
melindungi diri dari paparan virus Corona Covid-19. *Naudzubillah jangan sampe
si cocoro nempel di badan*
Mungkin bagi sebagian orang mengubah gaya hidup amatlah sulit
apalagi jika berbeda 180 derajat. Awalnya ngga pernah olahraga, kini justru menjadi
rutinitas harian. Hampir semua gerakan work out di cobain. Ngga tanggung-tanggung
spot equipment udah lengkap di rumah. *niat buka gym kaliii*.
Dulunya semua jenis makanan bisa di lahap entah itu sehat
atau ngga untuk badan yang penting nyaman di lidah, kini ditambah variasi suplemen
untuk menjaga daya tahan tubuh. Yap, dari sisi gaya hidup sehat kita udah
hampir berhasil beradaptasi dengan pandemi. Usaha secara individual ini
diharapkan mampu mencegah melonjaknya angka kasus positif Covid-19.
Namun, tak selamanya usaha individual ini berhasil ketika di
luar pagar rumah rutinitas masyarakat ngga ada pembatasan. Maka semenjak
pandemi kita ngga asing lagi dengan istilah Social
distancing. Mengutip dari
laman resmi Center for Disease Control dan Prevention (CDC) AS, social
distancing adalah menjauhi perkumpulan, menghindari pertemuan massal, dan
menjaga jarak antar manusia. Jarak yang dianjurkan oleh pemerintah AS adalah
sekitar dua meter. Social distancing sendiri dianggap bisa mengurangi
risiko penyebaran COVID-19 karena virus menular dari manusia ke manusia melalui
droplet (partikel air liur) ketika penderita bersin atau batuk.
Nah tau kan akhirnya alasan kegiatan yang
biasanya dilakukan secara offline dialihkan menjadi online. *udah ya ngga usah
jadi kaum ndablek*.
Meskipun pandemi, life must go on kan. Dilansir dari
https://tekno.kompas.com/, World Economic Forum (WEF) melihat bahwa
teknologi memainkan peranan penting untuk menjaga masyarakat tetap beraktivitas
seperti sedia kala. WEF mencatat ada beberapa tren teknologi yang booming
selama masa pandemi. Apa aja tuh…. Yuk simak!
Hayoo siapa nih
yang tergolong kaum shopa holic ? *angkat tangan…eh.*
Sebelum pandemi
orang lebih memilih untuk belanja secara langsung. Lebih puas rasanya kalo bisa
meraba dan melihat barang yang di target. pandemi Covid-19 membuat belanja online menjadi pilihan
paling memungkinkan. Hal ini karena dengan berbagai layanan belanja online,
masyarakat hanya perlu memesannya melalui gawai mereka tanpa harus pergi ke
luar rumah.
Alhasil, berbondong-bondonglah para
emak untuk install aplikasi belanja online di gadget. Tak cukup hanya satu
marketplace, apalagi kalo ada sale besar-besaran.
2. Pembayaran Online
Tren pembayaran secara online pun ngga
kalah pamor. Masyarakat lebih memilih pembayaran secara online karena uang
tunai dapat menjadi medium perantara pembawa virus Covid-19. WEF mengungkapkan,
pembayaran digital baik menggunakan kartu atau dompet elektronik (e-wallet),
menjadi rekomendasi pembayaran baru untuk menghindari menyebaran virus Covid-19
ini. Dengan metode pembayaran online, masyarakat dapat melakukan pembelian dan
pembayaran online untuk barang dan jasa, serta tagihan lain seperti listrik,
air, pulsa, dan sebagainya.
Aktivitas lain yang berubah polanya
adalah pekerjaan. Untuk mengurangi berkerumun dan kontak langsung akhirnya pekerjaan
kantor dialihkan ke rumah. Pekerjaan jarak jauh ini mengandalkan sejumlah
teknologi, termasuk layanan video conferencing untuk rapat virtual, jaringan
pribadi virtual (VPN) untuk mengakses situs, hingga protokol suara melalui
internet (VoIP) untuk melakukan video ataupun voice call.
Tak hanya bekerja, belajar pun saat
ini lebih banyak dilakukan dari rumah. Otomatis para emak lagi yang akan membersamai
anak-anak untuk mengoperasikan gadget. Kalo emaknya belum bisa ngulik, daring
bisa gagal, anak jadi ‘mutung’. Nah lo…. Awalnya mungkin susah untuk belajar
hal baru, tapi karena itu adalah kebutuhan akhirnya akan bersahabat dengan
teknologi canggih.
Faktanya yang belajar ngga hanya
anak, emaknya pun belajar. Apalagi selama pandemi menjamur kelas online baik
yang berbayar maupun gratis. Emak tinggal pilih mau belajar tentang topik apa?
Pastinya sesuai kebutuhan ya. Belajar jadi mudah karena kemajuan teknologi.
5. Hiburan Online
Siapa yang rindu aroma pantai?
Sejuknya hawa pegunungan? Sama, kita semua rindu *hik….* Namun selama pandemi
tempat-tempat hiburan banyak yang di tutup.
Akhirnya yang bisa dilakukan mencari
hiburan secara online. Tinggal pilih mau hiburan online yang edukatif atau sekedar
entertaine.
Jadi, pandemi bukan halangan bagi
kita untuk berhenti belajar atau mager. Justru pandemi ini manjadi tantangan
bagi kita untuk lebih kreatif dan produktif dalam keterbatasan.
#komunitasodop #onedayonepost #OprecODOP9 #MerdekadiTengahPandemi
Komentar
Posting Komentar